Untuk itu, pertemuan ini perlu sama-sama dipahami bagaimana dua interaksi kegiatan program ini bisa berjalan dengan baik di tempat implementasinya.
Subuh menerangkan bahwa hampir setiap tahun Adinkes membuat momen-momen seperti ini, baik itu pertemuan, pelatihan, implementasi bahkan mengadakan suatu pilot project di beberapa daerah.
“Kita memberikan apresiasi kepada daerah yang melakukan pencegahan terhadap rokok. Tahun lalu kita memberikan desa bebas asap rokok di rumah yang dihadiri oleh Menteri Desa Tertinggal dan Kepala BKKBN yang memberikan Award tersebut, sehingga menambah semangat,” ujarnya.
Tahun ini, Adinkes memberikan penghargaan kepada daerah yang mempunyai prestasi dalam pengendalian terutama pengendalian rokok di tempatnya masing-masing. “Kami berharap dari Kementerian Dalam Negeri bisa banyak memberikan penghargaan kepada bapak/ibu yang mempunyai prestasi terutama pengendalian rokok,” katanya.
Mewakili Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, dr Ahmad Akhadi memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada adinkes, atas terselenggaranya acara ini. “Acara ini menunjukkan komitmen luar biasa Asosiasi Dinas Kesehatan, dalam mendukung upaya penanggulangan stunting di Indonesia,” ujarnya.
Melalui pentaloka, adinkes tidak hanya merespon tantangan kesehatan yang mendesak, tetapi juga memfasilitasi peningkatan kapasitas bagi Dinas Kesehatan di berbagai daerah. “Ini adalah bukti nyata dari semangat kolaborasi kita dalam membangun kesehatan generasi bangsa,” ungkapnya.
Mengingat, stunting adalah masalah yang sangat serius berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia atau SKI tahun 2024 dari Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional masih berada di 21,5 persen. “Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan target kita untuk mencapai 14 persen pada tahun 2024,” terangnya.