Raja Willem-Alexander Lantik Dick Schoof Sebagai Perdana Menteri Belanda, Berikut Profilnya

oleh -
Editor: Ardiansyah
Dick Schoof Sebagai Perdana Menteri Belanda yang Baru. Foto: HO/REUTERS
Dick Schoof Sebagai Perdana Menteri Belanda yang Baru. Foto: HO/REUTERS

Pada Desember 2019, Schoof diangkat menjadi sekretaris jenderal di Kementerian Kehakiman dan Keamanan, bertugas menangani skandal dalam kementerian tersebut. Kepemimpinannya sangat penting selama periode yang bergejolak, membantu memulihkan kepercayaan dan stabilitas.

 

Schoof merupakan seorang duda dengan dua anak, sebagian besar bekerja pada kebijakan domestik dan tidak memiliki profil internasional yang tinggi. Pengalaman luasnya dalam pelayanan publik dan sikapnya yang non-partisan dipandang sebagai kekuatan dalam memimpin pemerintahan teknokratis di tengah bangsa yang sangat terpecah.

 

Dikutip BorneoFlash.com dari laman Politico, Schoof adalah sosok yang lumayan tertutup. Diketahui bahwa ia dibesarkan dalam keluarga Katolik sebagai anak kedua termuda dari tujuh bersaudara. Saat ini, ia adalah seorang ayah bercerai dengan dua putri dewasa, yang diadopsi oleh dia dan mantan istrinya dari Tiongkok. Selain pekerjaannya, ia memiliki kecintaan pada gadget dan perhatian media.

 

Pemimpin oposisi Frans Timmermans menyebut Schoof sebagai “seorang pegawai negeri yang sangat loyal dan berdedikasi.” Dalam komentarnya kepada media, mantan rekan kerjanya menggambarkannya sebagai seorang yang ambisius dan pecandu kerja dengan selera humor.

 

Setelah resmi dilantik menjadi Perdana Menteri Belanda Dick Schoof menggantikan Mark Rutte, ia segera merancang kabinet dan menunjuk kandidat untuk posisi-posisi penting. 

 

Setelah raja Belanda mengkonfirmasi pemerintahan baru, Schoof dan anggota kabinet lainnya akan menghabiskan musim panas untuk merancang program koalisi yang merinci kesepakatan pemerintahan saat ini. Program tersebut diharapkan siap pada September 2024.

 

Pria berusia 67 tahun itu “akan melakukan banyak pekerjaan untuk mengendalikan konflik ideologis dan pribadi”, kata Sarah de Lange, profesor pluralisme politik di Universitas Amsterdam. 

Baca Juga :  Indonesia Harumkan Nama Bangsa di Pembukaan Paralimpiade Paris

 

Dia telah berjanji untuk menerapkan rencana koalisi dengan “tegas” untuk “kebijakan penerimaan suaka yang paling ketat dan paket paling komprehensif untuk mengendalikan migrasi”.

 

Perjanjian koalisi setebal 26 halaman bertajuk “Harapan, Keberanian dan Kebanggaan” itu juga menyerukan untuk mengkaji gagasan pemindahan kedutaan Belanda di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dick Schoof mengatakan dia ingin menjadi “perdana menteri bagi semua warga negara Belanda”, dan menambahkan: “Saya tidak punya partai. Saya tidak melihat diri saya bersujud kepada Wilders”. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.