Jumlah itu turun dibandingkan desain awal APBN 2023 yang senilai Rp 696,3 triliun, namun masih lebih tinggi dari desain terakhir Rp 421,2 triliun yang diatur dalam Perpres Nomor 75 Tahun 2023.
Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis penarikan utang tahun ini akan lebih rendah dari yang ditargetkan awal.
Sampai 12 Desember 2023, realisasinya baru Rp 345 triliun atau 81,9% dari Perpres Nomor 75 Tahun 2023 dan 41,9% dari APBN 2023.
Menurunnya penarikan utang karena penerimaan negara masih kuat dan belanja tetap terjaga baik.
Kemudian pemerintah menggunakan sebagian saldo anggaran lebih (SAL) 2022 sebagai langkah antisipasi volatilitas pasar keuangan di 2023.
“Ini yang menggambarkan APBN kita makin sehat karena defisitnya jauh lebih rendah dibandingkan rancangan awal dan dibandingkan tahun lalu. Tren dari defisit menurun, konsolidasi fiskal tetap terjaga kredibel dan kuat,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2023).