“Didapatkan dari dalam 15 persen sedangkan 85 persen pengadaan pangan yang berasal dari luar daerah yaitu Sulawesi dan Surabaya,” ungkapnya.
Seperti diketahui, petani Balikpapan hanya penghasil hortikultura seperti sayuran bayam, kangkung, sawi dan buah-buahan.
Namun, tidak bisa memaksa petani untuk menanam yang tidak sesuai dengan keadaan lahan maupun iklim di Balikpapan.
“Kita mengejar dan memaksimalkan yang petani bisa tanam disini, karena iklimnya berbeda. Untuk itu lebih memaksimalkan pekarangan rumah,” ucap Heria.
Mengingat, adanya pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dan Balikpapan sebagai Kota penyangga tentunya penambahan penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan, sehingga antisipasi pun telah dilakukan pada saat ini.
“Mau tidak mau kita harus kerjasama, karena tidak mungkin mendongkrak 100 persen ketahanan pangan,” jelasnya.
(BorneoFlash.com/Niken)