BorneoFlash.com, BALIKPAPAN – Bagi para nelayan kecil yang berada di pesisir Delta Mahakam, ada tiga tantangan utama yang kerap dihadapi, yakni kondisi geografis dan alam, praktek perikanan yang tidak ramah lingkungan, dan faktor ketidakberdayaan nelayan.
Ketiga hal itu kerap menyebabkan ekonomi mereka sulit berkembang. Sebagai perusahaan yang juga beroperasi di wilayah Delta Mahakam, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) telah mengidentifikasi hal-hal tersebut, sehingga untuk membantu mengatasinya, diluncurkanlah program Nelayanku Hebat pada 2018.
Program Nelayanku Hebat dibentuk sebagai upaya PHM dalam mendukung kemajuan nelayan pesisir melalui peningkatan peran nelayan dalam perlindungan lingkungan, peningkatan kapasitas nelayan dan dukungan fasilitas akses pemasaran hasil penangkapan.
Program Nelayanku Hebat mendapatkan dukungan penuh dari Bupati Kutai Kartanegara, Edi Darmansyah, saat beliau mengunjungi desa Muara Pantuan, di Kecamatan Anggana, dalam rangka memantau efektifitas alat bantu tangkap ikan nelayan binaan PHM pada Februari lalu.
Bupati menyambut baik pelaksanaan program ini dan berharap program ini dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan.
Dalam menjalankan program ini, PHM berkolaborasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sinergi dilakukan dalam menentukan titik-titik rumpon yang menjadi area para nelayan mencari ikan. Titik-titik yang diidentifikasi telah dipastikan aman dari kegiatan operasi hulu migas.
Sehingga keberadaan berbagai instalasi produksi migas PHM, yang termasuk kategori Objek Vital Nasional (Obvitnas), ikut terjaga.
“Melalui program Nelayanku Hebat ini PHM mendorong kemajuan nelayan pesisir dari sisi ekonomi, lingkungan dan kehidupan sosial, sekaligus mengamankan berbagai instalasi produksi,” jelas Suripno Kepala Divisi Sustainable Development and Societal PHM. Nelayan kini tidak perlu hilir mudik mencari ikan, sehingga dapat menghemat bahan bakar hingga 30%.
H. Aziz, nelayan di desa Muara Pantuan selama lebih dari 30 tahun, merasakan manfaat program Nelayanku Hebat. “Buat saya yang terpenting adalah biaya bahan bakar minyak turun sejak dapat bantuan PHM.
Mencari ikan juga menjadi lebih jelas titiknya, karena banyak ikan di rumpon ,” katanya. Memancing ikan di rumpon ini meningkatkan penghasilan rata-rata nelayan kecil hampir 20 persen.
Di luar itu, dalam sebulan para nelayan bisa dua kali meminjamkan perahunya untuk para pemancing di rumpon dengan pendapatan sekitar Rp 1,5 juta/trip.

Sebelum program diluncurkan para nelayan setempat umumnya menangkap ikan menggunakan pukat tarik/trawl yang tidak ramah lingkungan. “Kini, sebagian nelayan telah beralih ke alat pancing dengan memanfaatkan rumpon yang ramah lingkungan,” ungkap Suripno.
Rumpon yang dipergunakan dibuat dari bambu, dan tidak lagi menggunakan dahan dan batang tanaman mangrove seperti dulu.
Pemilihan bahan alternatif untuk rumpon itu merupakan upaya PHM dalam menjaga kelestarian hutan mangrove di pesisir delta Mahakam.
Bengkel Kapal
Masih dalam bagian program Nelayanku Hebat, PHM juga memberi jalan keluar bagi para nelayan itu agar tetap produktif saat kondisi paceklik, salah satunya dengan membantu menyediakan fasilitas perbaikan kapal secara mandiri.
“Kehadiran bengkel kapal dapat mengatasi masalah produktifitas nelayan saat cuaca buruk dan tidak bisa melaut,” tambah Suripno.
Untuk pemeliharan mesin-mesin kapal, sebanyak 6 kelompok nelayan telah dibekali kemampuan untuk memperbaiki kapal secara mandiri.
Bengkel itu juga memberdayakan dua warga penyandang disabilitas sebagai tenaga mekanik. “Sekarang saya tidak perlu menempuh perjalanan sekitar 3 jam ke Samarinda untuk memperbaiki kapal,” ungkap H. Aziz.
Dengan beroperasinya bengkel nelayan pesisir ini, setiap kelompok nelayan dapat menghemat biaya perawatan kapal senilai Rp 4 juta per tahun. Sehingga, kehadiran bengkel nelayan di Desa Muara Pantuan medapat sambutan yang sangat baik.
Selain itu, kaum perempuan juga diajak produktif melalui aktivitas produksi produk makanan olahan, termasuk pemanfaatan hasil tangkap yang sebelumnya dianggap tidak bernilai ekonomi.
Bila dulu kepala udang dan ikan-ikan kecil dibuang begitu saja sebagai limbah, maka kini dapat diolah menjadi 15 produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) olahan seperti: petis bubuk, kaldu udang bubuk, terasi bubuk dan sebagainya yang memberikan penghasilan tambahan rata-rata Rp 9 juta/tahun.
“Kami berharap, dalam beberapa tahun ke depan perekonomian Desa Muara Pantuan akan jauh lebih baik,” kata Suripno.(*)