BGN Pastikan Pemenuhan Susu dalam Program MBG Perhatikan Gizi dan Ketahanan Industri

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Foto: bgn.go.id
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Foto: bgn.go.id

BorneoFlash.com, JAKARTABadan Gizi Nasional (BGN) memastikan pemenuhan kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan tetap memperhatikan kandungan gizi, ketersediaan bahan lokal, dan ketahanan industri susu nasional.

 

Tim Pakar Bidang Susu BGN yang juga Guru Besar IPB, Epi Taufik, menjelaskan bahwa program yang menyasar jutaan siswa dari jenjang PAUD hingga SMA ini awalnya menargetkan konsumsi susu segar sebanyak 250 ml per orang per hari. Namun, BGN menyesuaikan pelaksanaannya dengan kondisi pasokan susu segar dalam negeri yang masih terbatas.

 

“Sebelum MBG berjalan, produksi susu segar dalam negeri hanya mencukupi sekitar 20 persen dari total kebutuhan nasional. Industri masih mengimpor 80 persen kebutuhan susu dalam bentuk susu bubuk,” ujar Epi dalam kanal YouTube BGN Talks Episode 2 bertajuk Susu: Kunci Gizi Anak Indonesia? pada Senin (9/6/2025).

 

Untuk menghindari lonjakan impor, BGN menyesuaikan volume dan spesifikasi susu dalam program MBG. Saat ini, siswa PAUD hingga SD menerima 115 ml susu per hari, sedangkan siswa SMP dan SMA mendapatkan 125 ml. BGN mewajibkan setiap porsi susu mengandung setidaknya 20 persen Susu Segar Dalam Negeri (SSDN).

 

“Kami melihat ini sebagai solusi transisi. Dengan kandungan SSDN minimal 20 persen, kami tetap melibatkan peternak lokal dan mendorong mereka meningkatkan produksi,” jelas Epi.

 

Peternakan rakyat memasok mayoritas susu segar dalam program ini. Pemerintah terus mendorong peternak meningkatkan kapasitas produksi seiring meningkatnya permintaan akibat MBG. Meski BGN mengurangi volume susu, Epi menegaskan bahwa seluruh menu MBG tetap memenuhi prinsip gizi seimbang, termasuk karbohidrat, protein (seperti ayam dan telur), lemak, dan susu.

Baca Juga :  RDMP Balikpapan Capai 92,42%: Menuju Kilang Terbesar di Indonesia

 

BGN juga memperhatikan kadar laktosa dalam susu agar aman dikonsumsi seluruh penerima manfaat, termasuk yang sensitif terhadap laktosa. “Selama kadar laktosa di bawah 12 gram, susu aman dikonsumsi. Jika lebih, bisa menimbulkan diare atau sakit perut,” tambah Epi.

 

Ia menekankan bahwa intoleransi laktosa bukanlah penyakit, melainkan kondisi alami akibat penurunan enzim laktase. Menurutnya, konsumsi susu secara rutin dan bertahap dapat membantu tubuh menyesuaikan diri.

 

BGN membuka kemungkinan untuk kembali menyesuaikan volume dan komposisi susu sesuai peningkatan produksi dalam negeri. “Situasinya sangat dinamis. Jika karena MBG permintaan susu meningkat dan BGN terus membeli, maka populasi sapi perah juga bisa bertambah. Dalam kondisi itu, kami bisa menyesuaikan kembali volume susu,” pungkas Epi. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.