BorneoFlash.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta izin kepada Presiden Prabowo Subianto untuk mengaktifkan kembali sumur-sumur minyak dan gas bumi (migas) yang selama ini tidak dioperasikan di sekitar Laut Natuna, Kepulauan Riau. Ia juga mengusulkan agar pemerintah mengalihkan pengelolaan sumur-sumur tersebut kepada perusahaan lain yang lebih mampu menjalankan operasionalnya.
Bahlil menjelaskan bahwa blok-blok migas yang sudah lama tidak aktif dan belum dioperasikan oleh pemegang izin wilayah kerja memiliki potensi tambahan produksi minyak. Bila sumur-sumur migas yang menganggur itu diaktifkan kembali, produksi bisa mencapai ribuan barel minyak per hari.
“Mohon izin dan arahan dari Bapak Presiden. Jika berkenan, kami akan mengevaluasi izin-izin tersebut untuk kemudian mengalihkan kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain yang mampu meningkatkan lifting minyak demi mewujudkan kedaulatan energi sesuai arahan Bapak Presiden,” ujar Bahlil saat meresmikan proyek migas Lapangan Forel dan Lapangan Terubuk di Laut Natuna, Senin (19/5/2025).
Bahlil memperkirakan blok-blok migas tak beroperasi di Natuna dapat menambah produksi sebesar 5.000 hingga 7.000 barel per hari (bph). Ia juga menyampaikan bahwa banyak blok migas di wilayah tersebut yang masih berpotensi dikerjakan, meski pemegang izinnya belum mengoperasikan ladang tersebut dalam waktu lama.
“Kami laporkan bahwa banyak blok berpotensi, tetapi belum dikelola. Dengan pengelolaan yang tepat, kami bisa menambah produksi sekitar 5.000 sampai 7.000 barel per hari,” tambahnya.
Menteri ESDM optimistis seluruh pemangku kepentingan di dalam negeri dapat bekerja sama untuk mencapai target lifting minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar 605 ribu bph.
“Melalui kerja keras tim Kementerian ESDM, SKK Migas, dan seluruh KKKS yang aktif di lapangan, kami optimistis bisa mewujudkan target APBN dan arahan Bapak Presiden pada akhir 2025,” ujarnya.
Meski produksi minyak pada 2024 masih di bawah target, yakni mencapai 580 ribu bph dari target 635 ribu bph, Bahlil berjanji mendorong peningkatan produksi hingga mencapai 900 ribu hingga 1 juta bph pada 2029-2030.
“Sebagai bagian dari kebijakan Bapak Presiden, kami harus meningkatkan produksi minyak hingga sekitar 900 ribu sampai 1 juta barel per hari pada 2029-2030,” tegas Bahlil. (*)