Aplikator Ojol Tolak Tuntutan Pengangkatan Mitra Jadi Karyawan Tetap

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Foto: Gojek, Grab, hingga Maxim Buka-bukaan Soal Potongan Aplikasi. Foto: Andi Hidayat
Foto: Gojek, Grab, hingga Maxim Buka-bukaan Soal Potongan Aplikasi. Foto: Andi Hidayat

BorneoFlash.com, JAKARTA – Perusahaan penyedia jasa transportasi digital (aplikator) menyatakan penolakan terhadap tuntutan sebagian mitra pengemudi ojek online (ojol) yang meminta pengangkatan sebagai pegawai tetap.

 

Government Relations Specialist Maxim Indonesia, Muhammad Rafi Assagaf, menegaskan bahwa pengangkatan mitra menjadi karyawan tetap akan menambah beban operasional perusahaan secara signifikan. Ia menyebut perusahaan harus menanggung tambahan biaya seperti asuransi kesehatan, program jaminan ketenagakerjaan, gaji pokok, dan bentuk perlindungan lainnya.

 

“Kami tidak bisa menjalankan operasional dengan jumlah mitra sebanyak sekarang jika harus mengangkat mereka sebagai karyawan tetap. Kami pasti harus mengurangi jumlah mitra,” ujar Rafi saat menghadiri acara di Aroem Resto & Café, Jakarta, Senin (19/5/2025).

 

Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, juga menyampaikan keberatan serupa. Ia menjelaskan bahwa selama ini para pengemudi ojol berperan sebagai bantalan sosial, terutama saat gelombang PHK meningkat selama pandemi Covid-19. Menurutnya, banyak masyarakat memilih menjadi mitra pengemudi demi menambah penghasilan, sembari tetap mengandalkan fleksibilitas kerja sebagai daya tarik utama.

 

“Fleksibilitas menjadi prinsip dasar layanan transportasi digital seperti kami. Jika kami mengangkat mitra sebagai karyawan, otomatis sistem kerja fleksibel akan hilang,” tegas Tirza.

 

Ia juga menekankan bahwa perusahaan tidak mampu menyerap seluruh mitra sebagai karyawan. “Kalau kami hanya bisa mengangkat sebagian, lalu bagaimana nasib sisanya? Ini sangat disayangkan jika akhirnya kami harus mengurangi mitra aktif,” tuturnya.

 

Sementara itu, Business Development inDrive, Ryan Rwanda, menyatakan bahwa perusahaannya hanya mampu mengangkat sekitar 13% dari total mitra pengemudi aktif menjadi karyawan tetap. Ia menilai perubahan status tersebut justru bisa menurunkan pendapatan para pengemudi.

Baca Juga :  Universitas Balikpapan Sambut Baik Wacana Pemerintah Pusat Buka Kampus Di Tengah Pandemi

 

“Secara hitungan kasar, hanya 10–13% mitra yang bisa bertahan aktif jika kami ubah status mereka menjadi karyawan. Bahkan pendapatan mereka bisa turun hingga 7% per bulan,” ujarnya.

 

Ryan juga menegaskan bahwa fleksibilitas merupakan nilai inti dari inDrive. Ia menyebut mitra akan kehilangan keleluasaan dalam memilih waktu kerja, rute, dan penumpang jika perusahaan menjadikan mereka karyawan tetap.

 

“Kami di inDrive menjunjung tinggi transparansi dan keadilan. Kami membuat seluruh sistem—dari pemilihan order hingga penghasilan bersifat terbuka dan fleksibel. Semua itu akan hilang jika kami mengubah status mitra menjadi karyawan,” jelasnya. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.