BGN Hentikan Sementara Layanan SPPG di Bosowa Bina Insani Imbas Kasus Keracunan MBG

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana (Foto: Ilyas Fadilah)
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana (Foto: Ilyas Fadilah)

BorneoFlash.com, JAKARTAKepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyatakan bahwa pihaknya menghentikan sementara layanan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bosowa Bina Insani, Kota Bogor. BGN mengambil keputusan ini setelah ratusan siswa mengalami keracunan massal akibat mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah telah menetapkan insiden ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

 

“Sementara ini, kita hentikan dulu layanan SPPG di Bosowa Bina Insani. Kita akan melakukan evaluasi mendasar,” kata Dadan dalam konferensi pers pada Rabu (14/5/2025).

 

BGN telah melakukan inspeksi terhadap fasilitas SPPG tersebut. Dadan menjelaskan bahwa Bosowa Bina Insani semula menjadi proyek percontohan karena memiliki fasilitas besar, bersih, dan mampu mendistribusikan makanan secara efisien.

 

“SPPG ini sudah beroperasi sejak Januari 2025 dan tidak pernah mengalami masalah sebelumnya. Namun, ke depan kami akan meningkatkan aspek kebersihan dan higienitas,” ujarnya.

 

Ia menambahkan bahwa meskipun fasilitas kantin tergolong sangat baik, BGN tetap menuntut peningkatan standar agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 

“Kami sudah melakukan inspeksi. Meskipun kantin ini termasuk salah satu yang terbaik di Bogor, kami tetap meminta pengelola meningkatkan standar higienitas sesuai standar Badan Gizi,” tegasnya.

 

BGN akan menghentikan layanan hingga pihak pengelola memenuhi seluruh persyaratan yang ditetapkan.

 

“Kami akan melakukan evaluasi dan melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan. Selama pengelola belum memenuhi persyaratan, kami tidak akan melanjutkan layanan,” kata Dadan.

 

Ia juga menegaskan bahwa BGN akan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pengolahan dan distribusi makanan, mulai dari seleksi bahan baku, efisiensi proses memasak, hingga pengaturan waktu distribusi dan konsumsi.

Baca Juga :  Retreat Kabinet Merah Putih: Menguatkan Semangat Bela Negara di Akmil Magelang

 

“Kami akan memperketat mekanisme pengiriman. Kami juga akan memperpendek jeda antara makanan tiba di sekolah dan waktu dikonsumsi. Ada kasus makanan tiba tepat waktu, tapi siswa memakannya terlambat karena ada kegiatan sekolah. Ini yang sedang kami evaluasi ulang,” jelasnya.

 

Dadan juga menyoroti kebiasaan siswa yang membawa makanan MBG pulang ke rumah.

 

“Kami akan mengatur ini lebih ketat, karena makanan MBG memiliki batas waktu konsumsi,” tambahnya.

 

Menanggapi tudingan penghematan bahan baku, Dadan membantahnya. Ia menegaskan bahwa sistem pengadaan MBG menggunakan sistem at cost, sehingga tidak memungkinkan adanya pengurangan kualitas.

 

“Dengan sistem at cost, tidak ada gunanya mengirit bahan. Jika harga naik, kami tambahkan anggaran. Jika turun, kami simpan dananya untuk periode berikutnya,” jelasnya.

 

Sementara itu, jumlah korban keracunan akibat MBG di Kota Bogor terus bertambah. Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat hingga Senin (12/5), total korban mencapai 223 orang, terdiri dari siswa TK hingga SMA di 13 sekolah.

 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menyebutkan bahwa pada Selasa (13/5) terdapat penambahan sembilan korban baru. Lima orang dirawat inap, sementara empat lainnya menjalani rawat jalan.

 

“Total korban saat ini mencapai 223 orang,” ungkap Sri. Ia menambahkan bahwa sebanyak 27 siswa telah menyelesaikan perawatan inap, sementara 18 pasien masih dirawat di rumah sakit. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.