BorneoFlash.com, JAKARTA – Penyedia katering program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata, Jakarta Selatan, merugi hampir Rp 1 miliar setelah dua bulan tidak menerima pembayaran dari Yayasan MBN. Akibatnya, mereka terpaksa menghentikan operasional dapur.
Kuasa hukum penyedia katering, Danna Harly dari Harly Law, menyesalkan sikap Yayasan MBN yang tidak membayar meskipun kliennya telah menyiapkan dan mendistribusikan 65.025 porsi makanan. Dalam kontrak, setiap porsi harus dibayar Rp 15.000, namun yayasan secara sepihak menurunkan harga menjadi Rp 13.000, dan memotong lagi Rp 2.500, sehingga Ira, kliennya, hanya menerima Rp 10.500 per porsi.
Danna mengungkapkan bahwa Badan Gizi Nasional telah mentransfer dana sebesar Rp 386,5 juta ke yayasan, tetapi hak kliennya tetap belum dibayarkan. Yayasan malah menuduh Ira masih berutang Rp 45 juta, dengan alasan adanya invoice yang dibayar oleh SPPG.
Selama dua bulan, Ira menanggung seluruh biaya operasional, termasuk bahan makanan, sewa tempat, listrik, peralatan, dan gaji juru masak, secara mandiri. Karena tidak kunjung dibayar, dapur MBG Kalibata kini berhenti beroperasi.
Danna menyatakan bahwa pihaknya akan menempuh jalur hukum, baik perdata maupun pidana, dan telah melaporkan dugaan penipuan serta penggelapan ke Polres Metro Jakarta Selatan pada 10 April 2025. Ia juga meminta pemerintah untuk mengevaluasi program MBG secara menyeluruh dan membuka saluran pengaduan resmi, karena ada dugaan penyedia lain yang mengalami hal serupa.
Yunita, penanggung jawab Yayasan MBN, membantah bahwa mereka menunggak pembayaran. Ia mengklaim bahwa mereka telah memenuhi kewajiban dan siap menunjukkan bukti serta saksi.
Ira, pemilik dapur katering, bergabung dalam program MBG karena ingin mendukung program Presiden Prabowo Subianto. Ia bahkan mengubah restorannya menjadi dapur produksi untuk menyuplai makanan ke 19 sekolah dengan biaya sendiri. Namun, sejak awal, ia tidak menerima arahan jelas dari SPPG dan mengalami kesulitan administratif, termasuk pengulangan invoice tanpa kejelasan format.
Program MBG kini mendapat sorotan publik. Sebelumnya, ditemukan daging mentah dalam paket MBG di Sumba, NTT, dan keluhan mengenai menu yang tidak bergizi. Dalam wawancara 8 April lalu, Presiden Prabowo mengakui adanya pelanggaran di lapangan dan menyebut bahwa sudah ada penindakan.
Presiden menargetkan program MBG dapat menjangkau 100 persen penerima manfaat pada Oktober atau November 2025 dari total target 82,9 juta anak. Saat ini, program tersebut telah menjangkau lebih dari 3 juta anak.
Tim Jurnalisme Data Kompas merekomendasikan agar program MBG difokuskan kepada 11,3 juta anak dari keluarga miskin, dengan peningkatan anggaran menjadi Rp 21.545 per porsi, jauh di atas alokasi pemerintah saat ini yang hanya sebesar Rp 10.000. (*)