Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran: Solusi Gizi Anak atau Beban Anggaran?

oleh -
Penulis: Wahyuddin Nurhidayat
Editor: Ardiansyah
Ilustrasi Makan Gratis. Foto: Mohammad Ayudha
Ilustrasi Makan Gratis. Foto: Mohammad Ayudha

BorneoFlash.com, JAKARTA – Pemerintahan Prabowo-Gibran mewujudkan janji kampanye dengan meluncurkan program makan siang gratis. Program ini terinspirasi dari kebijakan serupa di Afrika, India, Amerika, hingga Eropa, dan menyasar siswa SD, SMP, serta SMA di seluruh Indonesia.

 

Tujuan Program

Pemerintah merancang program ini untuk mencapai lima tujuan utama:

1.Meningkatkan gizi anak melalui makanan bergizi.
2.Mengurangi kelaparan di kalangan siswa.
3.Meningkatkan konsentrasi dan prestasi akademik.
4.Menekan ketimpangan sosial, terutama bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
5.Meringankan beban keluarga berpenghasilan rendah.

 

Program ini mengadopsi pendekatan global. Swedia meningkatkan kesehatan dan prestasi siswa melalui kebijakan serupa. India berhasil menekan angka kelaparan dan memperbaiki kehadiran sekolah. Sementara Brasil memanfaatkan program makan siang untuk menurunkan obesitas anak.

 

Realisasi Program

Prabowo-Gibran menjawab keraguan publik dengan mengimplementasikan program ini. Dalam RAPBN 2025, mereka mengalokasikan Rp 71 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), nama baru yang menggantikan nama awalnya. Pemerintah memastikan manfaat program menjangkau siswa di seluruh Indonesia dengan cakupan lebih terarah.

 

Tantangan dan Pendanaan

Pendanaan menjadi tantangan utama. Awalnya, program diproyeksikan menelan biaya Rp 460 triliun, namun realisasi anggaran lebih kecil. Meski begitu, publik tetap mempertanyakan sumber dana, termasuk kemungkinan dampaknya pada sektor lain atau pajak. Pemerintah harus transparan dan menjalankan pengawasan ketat agar program ini berjalan berkelanjutan tanpa mengorbankan prioritas pembangunan lain.

 

Partisipasi Masyarakat

Pemerintah melibatkan masyarakat untuk mendukung keberhasilan program. Kritik konstruktif dan saran terkait menu atau pelaksanaan dapat membantu meningkatkan kualitas. Selain itu, pemerintah perlu mendengarkan kebutuhan setiap daerah agar program ini relevan dengan budaya dan kondisi geografis setempat.

Baca Juga :  Lion Air Merayakan Puncak HUT ke-23 di Lion City Balaraja

 

Menu Lokal dan Fleksibilitas

Pemerintah menawarkan menu bergizi dengan variasi lokal. Misalnya, Indonesia dapat menambahkan ayam geprek sebagai alternatif ayam teriyaki Jepang. Di wilayah dingin, pemerintah bisa menyediakan makanan hangat atau tambahan berupa selimut agar siswa lebih nyaman.

 

Kesimpulan

Dengan perencanaan matang, pengawasan ketat, dan dukungan masyarakat, program MBG berpotensi membawa perubahan nyata. Program ini dapat meningkatkan kualitas hidup generasi muda dan menciptakan kesetaraan sosial. Jika dikelola dengan baik, MBG akan menjadi warisan kebijakan yang berdampak panjang, jauh melampaui sekadar janji politik. (*)

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.