Kejar Target Swasembada Energi, SKK Migas Pacu Produksi

oleh -
Editor: Ardiansyah
SKK Migas Perwakilan Kalsul bersama KKKS di wilayah Kalimantan dan Sulawesi melaksanakan Lokakarya Media Tahun 2024, Kegiatan ini dilaksanakan di Ballroom Macora Hotel The Rinra Makassar, Rabu (13/11/2024). Foto: HO/SKK Migas Kalsul
SKK Migas Perwakilan Kalsul bersama KKKS di wilayah Kalimantan dan Sulawesi melaksanakan Lokakarya Media Tahun 2024, Kegiatan ini dilaksanakan di Ballroom Macora Hotel The Rinra Makassar, Rabu (13/11/2024). Foto: HO/SKK Migas Kalsul

BorneoFlash.com, MAKASSARSatuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan makin masif melakukan pengeboran sumur seiring dengan target swasembada energi yang dicanangkan Presiden Prabowo pada 5 tahun mendatang.

 

Tahun depan, SKK Migas merencanakan pengeboran 1000 sumur. Terbesar ada di Sumatera dan Kalimantan dan Sulawesi. Secara nasional, SKK Migas Kalsul menyumbang 12 persen dari produksi migas nasional.

 

Kepala SKK Migas Kalimantan-Sulawesi (Kalsul), Azhari Idris, mengungkapkan tantangan dan rencana strategis sektor hulu migas dalam mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional.

 

Azhari menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mencapai target produksi minyak sebesar 600 ribu barel per hari pada tahun 2025.

 

“Kami sedang memacu produksi dengan menguras semua tangki minyak yang ada. Target kami pada pukul 00.00 tanggal 1 Januari 2025, kami bisa melaporkan ke pemerintah bahwa produksi telah mencapai di atas 600 ribu barel per hari,” ujar Azhari saat Lokakarya media Kalsul 2024 di Makassar pada 13-14 November lalu.

 

Namun, ia juga menyadari bahwa target yang diberikan pemerintah sebesar 635 ribu barel per hari membutuhkan upaya ekstra. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pembebasan lahan yang kini semakin kompleks.

 

“Dulu lahan masih terbuka, tetapi sekarang sudah masuk ke kawasan hutan dan persawahan. Proses perizinan di area ini tidak mudah,” jelasnya.

 

Azhari juga menyoroti kendala pemenuhan energi di wilayah Sulawesi. Saat ini, ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga air menjadi masalah utama ketika musim kemarau tiba.

 

“Di Sulawesi Selatan, kami tengah mengebor sumur gas di Wajo. Namun, ada insiden kebakaran pada salah satu rig kami yang memperlambat produksi,” tukasnya.

Baca Juga :  DPRD Balikpapan Terima 10 Aspirasi Aliansi Kota Minyak Beraksi Jilid II

 

Akibat insiden tersebut, pasokan gas untuk PLN menjadi terhambat, sehingga memicu potensi pemadaman listrik yang lebih sering. “Jika produksi terhambat, dampaknya bukan hanya pada daerah, tetapi juga pada suplai listrik nasional,” jelasnya.

Simak berita dan artikel BorneoFlash lainnya di  Google News

banner 700x135

No More Posts Available.

No more pages to load.