BorneoFlash.com, MUARA BADAK – PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) berkolaborasi dengan National Association of Underwater Instructors (NAUI) menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Selam bagi anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bina Lestari di Pulau Beras Basah, Kota Bontang, Kalimantan Timur, pada 26-31 Juli 2024.
Sertifikasi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kredibilitas para penyelam dalam pemulihan ekosistem bawah laut dan pengembangan ekowisata di Muara Badak.
Kegiatan sertifikasi ini diikuti oleh empat anggota Pokmaswas Bina Lestari dan satu anggota Pokdarwis Pesona Pangempang. Selama enam hari, para peserta mendapatkan pembekalan materi kursus, pengenalan peralatan selam baik di kolam renang maupun laut, serta praktik menyelam di siang dan malam hari.
Salah seorang peserta, Nurul Fatihah, menilai bahwa pendampingan langsung dari instruktur yang kompeten dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran yang aman bagi para peserta.
“PHSS dan instruktur dari NAUI yang kompeten mengajarkan setiap tahapan menyelam dengan aman. Semoga dukungan pendampingan dan sertifikasi ini bisa mendukung kami yang ingin mengangkat wisata bawah laut di Muara Badak sehingga dapat menjaring potensi wisatawan lokal hingga mancanegara,” ujar Nurul.
Pokmaswas Bina Lestari merupakan mitra binaan PHSS dalam Program Jaga Pesisir Kita (Japes) yang berfokus pada ekowisata, rehabilitasi terumbu karang akibat illegal fishing dan perikanan. Melalui sertifikasi ini, para penyelam mereka semakin kompetensi dan kredibel dalam melakukan aktivitas bawah laut maupun pendampingan wisata.
Manager Communication Relations & CID PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Dony Indrawan menyampaikan, pelatihan dan sertifikasi ini diharapkan turut mendukung upaya pemulihan ekosistem bawah laut dan pengembangan ekowisata guna mendorong kemajuan perekonomian masyarakat sekitar.
“PHI terus berinvestasi dalam program CSR yang inovatif dan berkelanjutan sejalan dengan arah serta kebijakan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream dan PT Pertamina (Persero) dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SGDs), terutama Tujuan 14 Ekosistem Lautan, Tujuan 15 Ekosistem Daratan, serta Tujuan 11 Kota dan Permukiman yang berkelanjutan,” katanya.
Menurutnya, Program Japes mendukung komitmen perusahaan dalam menjalankan operasi migas ramah lingkungan dimana program ini berfokus pada revitalisasi kehidupan bawah laut yang diinisiasi pada tahun 2019.
“Di program ini, kami menjalankan sejumlah kegiatan, antara lain, sertifikasi selam dan transplantasi terumbu karang untuk apartemen ikan; rehabilitasi mangrove dan penguatan promosi wisata pesisir dan bawah laut; penguatan baywatch; penghijauan endemik di pesisir pantai; peningkatan kapasitas dalam pengelolaan pariwisata seperti lifeguard dan manajemen pariwisata; pengembangan UMKM; serta Usaha Pembibitan Mangrove dengan rencana finalisasi rehab Dermaga Panrita Lopi pada tahun 2024 ini,” jelas Dony.
Dony menambahkan bahwa Program Japes ini berhasil direplikasi di Desa Muara Badak Ulu.
Berdasarkan kompas keberlanjutan (sustainability compass), program ini berhasil mencatatkan beberapa pencapaian, antara lain rehabilitasi 1 ha kawasan rusak akibat destructive fishing dengan penerapan metode transplantasi terumbu karang; 13 pengelola pantai dengan sertifikasi lifeguard penjagaan pantai dari Divers Alert Network (DAN) dan NAUI; pemasukan Rp 6 juta per bulan bagi setiap orang dari akomodasi kapal wisata pantai, pemancingan, hingga kegiatan transplantasi dan wisata diving; pemberian manfaat kepada 30 orang secara langsung dan 16.881 orang secara tidak langsung.
“Kami percaya bahwa keberhasilan program-program CSR perusahaan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan kemandirian masyarakat memerlukan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, LSM, dan masyarakat,” ucapnya. (*)