BorneoFlash.com, OPINI – Pernahkah Anda memikirkan mengapa orang-orang dan masyarakat di sekitar kita saat ini terlihat begitu mencengangkan? Bagaimana tidak, ketika hal-hal yang dulunya dianggap tabu sekarang menjadi hal yang biasa di era sekarang.
Contohnya, remaja dan sekitarnya yang tampak tidak lagi memprioritaskan adab, terutama dalam berinteraksi dengan sesama atau bahkan orang tua. Fenomena seperti pembullyan, tingkat stres yang tinggi, dan kurangnya budi pekerti seakan-akan mengaburkan nilai-nilai Pancasila.
Kurangnya literasi juga menjadi salah satu aspek yang berdampak pada masa depan negara ini, terutama pada generasi saat ini.
Dampak dari kurangnya literasi mencakup rendahnya pengetahuan dalam analisis, problem solving, dan critical thinking, yang seharusnya menjadi dasar utama kecerdasan intelektual.
Mengapa penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi hal ini secara rutin? Keterampilan literasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan generasi muda.
Keterampilan literasi yang baik membantu mereka dalam memahami informasi, baik secara lisan maupun tertulis. Literasi di sini tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan literasi media, literasi budaya, literasi teknologi, literasi keuangan, dan sebagainya.
Pemahaman literasi oleh masyarakat menjadi modal utama untuk menciptakan manusia yang maju, modern, dan beradab. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam literasi, sehingga perlu gerakan literasi massif untuk mengejar ketertinggalan.
Gerakan literasi di sekolah-sekolah mencakup pembiasaan membaca buku non-pelajaran selama 15 menit, pendirian sudut baca di ruang kelas, optimalisasi perpustakaan, reading challenge, kegiatan membaca massal, pembuatan sinopsis buku, expo literasi, dan lainnya. Semua kegiatan ini bergantung pada kreativitas masing-masing sekolah.
Anak-anak adalah amanah dan karunia Allah yang harus dijaga, karena mereka merupakan masa depan bangsa. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi, perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak sipil, serta kebebasan.
Anak-anak tidak hanya belajar di sekolah, melainkan juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Kita dapat menanamkan budi pekerti pada mereka dengan berbagai cara, salah satunya melalui pembacaan buku-buku cerita.
Penumbuhan budi pekerti melalui pembacaan buku-buku cerita dapat membiasakan sikap positif di sekolah dan masyarakat. Gerakan literasi mendukung penumbuhan budi pekerti dengan menciptakan tujuh nilai, termasuk rasa ingin tahu, semangat maju, berpikir kritis, keinginan berbagi, disiplin, kerja keras, dan bersyukur.
Berdasarkan uraian di atas, membaca tidak hanya tentang memperoleh ilmu dari buku, tetapi juga membentuk karakter dan menumbuhkan budi pekerti.
Oleh karena itu, membaca seharusnya menjadi kebutuhan, kebiasaan, dan gaya hidup masyarakat. Aktivitas membaca memiliki potensi untuk membentuk individu dan masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan, menghargai ilmu pengetahuan, dan ingin menyebarkan ilmu pengetahuan.
Mari galakkan kegiatan membaca untuk menciptakan individu yang gemar belajar, pemikir, peneliti, dan pelaku perubahan guna hidup yang lebih baik.
Oleh Nur Rahmadina.F
Guru Madrasah Aliyah Swasta AN-NASHAR
Penyangkalan:
Opini dalam artikel ini merupakan pandangan pribadi penulis, Nur Rahmadina.F, dan tidak selalu mencerminkan pandangan resmi BorneoFlash.com. Artikel ini bersifat opini, bukan saran profesional. Penggunaan informasi sepenuhnya tanggung jawab pembaca. BorneoFlash.com tidak bertanggung jawab atas kerugian akibat penggunaan informasi ini. Fakta, data, dan pernyataan dapat berubah. Pembaca disarankan verifikasi informasi. BorneoFlash.com berhak mengubah konten tanpa pemberitahuan. Pihak BorneoFlash.com tidak bertanggung jawab atas komentar pembaca di platform terkait. Terima kasih atas pemahaman.