BorneoFlash.com, Malaysia saat ini menghadapi ancaman fenomena pembelian berlebih (panic buying) akibat pemerintah yang berencana menghentikan subsidi.
Namun, yang menarik perhatian adalah bahwa pemerintah tidak akan menghentikan subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) atau energi lainnya, melainkan untuk harga ayam.
Keputusan pemerintah Malaysia untuk mengakhiri subsidi ayam mulai 1 November mendapat sorotan. Namun, perhatian terfokus pada penghentian subsidi untuk harga ayam, bukan untuk BBM atau energi lainnya.
Menteri Pertanian Mohamad Sabu mengungkapkan bahwa keputusan ini adalah bagian dari penargetan ulang subsidi untuk mengatur harga ayam secara efisien dan adil.
Meski begitu, pemerintah menegaskan bahwa mereka akan terus memantau harga ayam untuk memastikan agar unggas tetap terjangkau.
Kementerian Perdagangan Dalam Negeri berkolaborasi dengan Biaya Hidup untuk mengawasi lonjakan harga pasca pencabutan subsidi.
Dalam upaya merespons potensi dampak kenaikan harga, kementerian memperluas program ‘Jualan Rahmah’ dan ‘Madani Agro Sales’ di seluruh negeri.
Kami berharap program ini dapat menyediakan bahan makanan, termasuk ayam, dengan harga yang lebih terjangkau. ”Jualan Rahmah’ tawarkan bahan makanan murah, ‘Madani Agro Sales’ fasilitasi produsen jual langsung ke konsumen, melansir CNBC Indonesia.
Meskipun ada kekhawatiran akan kenaikan harga ayam setelah pencabutan subsidi, Menteri Mohamad Sabu meminta masyarakat agar tidak melakukan pembelian panik.
Dia menekankan kesiapan pemerintah untuk segera mengimpor ayam jika perlu. Harga ayam standar di Malaysia sekarang RM 9,40/kg, dan pencabutan subsidi diperkirakan naik hingga 45 sen.