Pilot project ini menurut Chalid merupakan suatu terobosan dalam industri hulu migas Indonesia yang nantinya dapat menjadi acuan bagi proyek-proyek decomissioning di masa yang akan datang, baik dari aspek perencanaan, perizinan, engineering, hingga pelaksanaan.
“Kami terus menerapkan prinsi-prinsip ESG (Environment, Social, Governance) dalam setiap kegiatan operasi dan bisnis migas perusahaan sehingga mampu menghasilkan energi yang selamat dan berkelanjutan bagi Indonesia,” tutup Chalid.
Pada kesempatan terpisah, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan bahwa langkah selanjutnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memantau pengembangan kegiatan Rig-to-Reef yang diharapkan menjadi benchmarking dalam pelaksanaan proyek-proyek decommissioning hulu migas lainnya.
“Pada akhir proses pembongkaran, bagian-bagian dari anjungan diangkut dan dibawa ke area dekat kawasan konservasi di lepas pantai Bontang, Kalimantan Timur, untuk dijadikan terumbu buatan. Hal ini dilaksanakan untuk mendukung konservasi terumbu karang dan ekosistem laut serta mendorong implementasi Rig-to-Reef di perairan Indonesia,” jelas Dwi Soetjipto.
Habitat dan ekosistem baru ini diharapkan mampu meningkatkan populasi ikan, sehingga akan menciptakan multiplier effect pertumbuhan ekonomi, berupa peningkatan tangkapan nelayan dan ekonomi wisata penyelaman (recreation diving).